LOKAKARYA SIDANG SINODE GMIT KE-35 BERTHEMA KONSERVASI AIR DAN PENGEMBANGAN BAMBU

Kegiatan Lokakarya yang berthema “Konservasi Air dan Pengembangan Bambu” berlangsung di Gedung GMIT Pulau Patmos, kamis 12 oktober 2023.

kegitan tersebut menghadirkan pemateri salah satunya Alex Riwu Kaho dari  program studi kehutanan UNDANA, forum pengurangan risiko bencana NTT, BP4S GMIT dan PKBS GMIT.

Alex Riwu Kaho membahas materi tentang dikelola bukan dilarang, bagaimana manajemen risiko kebakaran hutan dan lahan untuk mendukung upaya konservasi air di NTT, api adalah alat yang penting dan sangat berguna serta bahkan menjadi bagian dan turut mengubah sejarah hidup manusia.

 


Lanjutnya mengapa hampir mustahil melarang praktek membakar di NTT. NTT memiliki semua bahan baku yang mudah terbakar seperti fuel, kondisi cuaca, iklim semi-ringkai, topografi dan antropogenik – pyromaniac, praktek membakar juga memiliki berbagai justifikasi dalam praktek pengelolaan lahan dan telah dilakukan sejak lama, tanpa api justru akan mengacaukan proses suksesi vegetasi pada sebagian besar ekosistem.

Pengetahuan perilaku kebakaran sangat penting, karena pengetahuan perilaku kebakaran akan membantu dalam mengembangkan perencanaan pengelolaan kebakaran hutan yang lebih efektif dan efisien. Hal tersebut akan membantu dalam mengambil keputusan kapan, dimana dan bagaimana mengontrol kebakaran. Bekerja lebih aman oleh karena situasi berbahaya telah diidentifikasi dan dikenali sehingga dapat dihindari serta melatih lebih efektif para masyarakat atau unit pengelola kebakaran hutan.

 


Cuaca dan angin dapat mempengaruhi, angin merupakan factor utama yang menentukan tingkat dan arah sebaran serta bentuk kebakaran. Angin yang berhembus kencang akan makin meningkatkan intensitas kebakaran karena akan membelokkan nyala api sehingga akan cepat memanaskan fuel yang belum terbakar, angin kencang juga akan meningkatkan peluang ‘api loncat’ atau spot fire yang dapat mencapai lebih dari 30 km pada kejadian kebakaran hutan yang ekstrem.

 

Pemateri kedua perwakilan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari Lexy M. Damaledo, ST, MSc menjelaskan tentang konservasi air dan pengembangan bambu. Lexy mengatakan bahwa yayasan bambu lingkungan lestari adalah organisasi nirlaba yang berbasis di Indonesia dengan pengalaman 30 tahun bekerja dibidang bambu dengan strategi untuk mengatasi beberapa masalah paling mendesak di dunia perubahan iklim, degradasi lahan, dan energi terbarukan, sekaligus menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat pedesaan dan mempromosikan inklusi gender dan sosial.

Keutamaan  ekologis yang mampu memulihkan lahan kritis, tiap rumpun bambu menyimpan 3.600 sampai 5000 liter air per musim hujan, mampu meningkatkan debit air sebesar 10%, mampu menyerap karbondioksida (co2)  sehingga mengurangi pemanasan  global, mampu tumbuh dilahan miring dan  mencegah longsor, 1 hektar bambu serap 50 ton co2 per tahun, 1 desa bambu  menyimpan 100 kiloton co2  per tahun. Kemudian dari keutamaan  ekonomis dapat dibudidayakan secara lestari  dan berkelanjutan, dapat dipanen terus-menerus tanpa  mengurangi fungsi ekologinya.

Menciptakan lingkungan kondusif  bagi budidaya tanaman pangan dan produktif lainnya dapat diolah menjadi beraneka  ragam produk. Secara global  teridentifikasi lebih dari 1.500  pemanfaatan bambu, permintaan akan bambu terus  naik, pasar global ditaksir nilainya  melebihi 100 milyar us dollar.

 

Selanjutnya dari keutamaan  kultural relief bambu di Candi Borobudur  menunjukkan bahwa bambu  merupakan bagian penting  kebudayaan nusantara sejak  berabad silam, bambu merupakan elemen penting  dalam ritual, mitos, cerita rakyat,  kesenian, kerajinan, makanan serta  arsitektur tradisional berbagai suku  bangsa di indonesia, dengan demikian bambu,  pengetahuan dan penggunaan  bambu merupakan bagian penting  dari kearifan lokal dan identitas  kultural bangsa kita.

Saat ini yayasan bambu lingkungan lestari telah melibatkan masyarakat di 318 desa dengan wilayah kerja yang tersebar di 10 provinsi di seluruh indonesia, sampai dengan tahun 2023 total penerima manfaat telah mencapai 9.112 orang dan mereka berperan penting dalam menyemaikan 3,5 juta bibit bambu, dari bibit tersebut telah ditanam lebih dari 1,9 juta bibit bambu pada lahan seluas kurang lebih 1.330,98 hektar, dan penerbitan peraturan pemerintah tentang desa bambu, air dan imajinasi kolektif. Melalui sayembara nasional desain kabin bambu ekowisata yayasan bambu lingkungan lestari berupaya membangun imajinasi kolektif mengenai pemanfaatan produk berbahan dasar alam serta penerapan arsitektur hijau dan rendah karbon, keduanya akan berdampak positif  terhadap konservasi air, aksi penanaman bibit bambu bersama di Kabupaten Sabu Raijua 1.727 bibit bambu petung  berlangsung dibulan oktober tahun 2022. LPPL RSPD SABU RAIJUA-DJ.IB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUKUHAN DAN PELANTIKAN PENGURUS TP-PKK KABUPATEN DAN KECAMATAN PERIODE 2025-2030

RAPAT PARIPURNA PENUTUPAN MASA PERSIDANGAN I DAN PEMBUKAAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG 2024 - 2025

BUPATI SABU RAIJUA SERAHKAN SK KEPADA 61 ORANG CPNS